Rabu

Okultisme Dan Pengikut Kristus

Masalah Okultisme belakangan ini makin mencuat kepermukaan, apakah ini suatu gejala baru atau gejala lama yang kambuh? Yang jelas mass media baik surat kabar, buku, film maupun TV sekarang makin gencar mempersoalkan hal ini. Tetapi bagaimana di kalangan gereja-gereja Kristen?
Kelihatannya di kalangan gereja-gereja Kristen kita jumpai dua kutub dalam menanggapi Okultisme. Disatu kutub ada gereja-gereja yang karena terpengaruh rasionalisme dan liberalisme menolak dan menganggap bahwa di era komputer dengan segala produk teknologinya kita tidak mungkin mempercayai hal itu yang dianggap sebagai produk kebodohan masa lalu, di kutub lain praktek-praktek pelepasan makin laris dilakukan penginjil-penginjil Kharismatik bahkan tidak sedikit yang terbilang ekstrim sehingga semua gejala 'aneh' dianggap produk okultisme dan semua boneka harus dibakar karena dianggap merupakan jembatan ke dunia okult.
Kenyataannya, orang percaya atau tidak, okultisme makin merajalela dan banyak orang terlibat di dalamnya, dan bila seorang jemaat mengalaminya dan ingin lepas darinya dan menjumpai pendeta dan gerejanya tidak percaya atau tidak mampu menolongnya maka terjadilah eksodus ke pendeta dan gereja yang lain yang menawarkan pelayanan pelepasan, dan jangan heran bahwa sekarang lepas dari soal benar atau salah, umumnya gereja-gereja yang menawarkan pelepasan akan lebih menarik jemaat daripada gereja-gereja yang skeptik. Gejala ini saja sebenarnya sudah menunjukkan bahwa okultisme itu ada dan bahwa pengetahuan kita mengenai dimensi yang lain di luar konsep modern masakini mengenai dunia tiga dimensi yang terikat ruang dan waktu ternyata masih terbatas dan perlu membuka diri terhadap realita lain yang sekarang makin menunjukkan eksistensinya.
Pada abad pertama semasa Yesus dan para Rasulnya hidup gejala okultisme bukanlah hal asing. Baik kitab Injil maupun tulisan para Rasul banyak berisi berita mengenai okultisme dan pelayanan Yesus dan para Rasul dalam pelepasan dan pengusiran setan, sehingga pengusiran setan merupakan satu dari tanda-tanda yang menyertai tugas pekabaran Injil (Mar.16:17). Gejala-gejala demikian masih terus berlangsung pada abad-abad berikutnya khususnya abad-abad kegelapan pra-Renaissance (pra abad XV-XVI) bahkan makin meluas.
Pada masa Rasionalisme dan Pencerahan (abad XVII-XVIII) dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, dunia akademik dipengaruhi suatu stereotip 'sains' modern yang berasumsi bahwa bumi terdiri dari tiga dimensi dan dibatasi ruang dan waktu yang bisa diukur dan diteliti, akibatnya soal-soal supranatural di luar itu semacam okultisme dianggap tidak ada. Pengaruh skeptik yang kemudian masuk ke dunia teologi dalam bentuk liberalisme itu tidak berdiri sendiri, sebab sejajar dengan itu di dunia riil berkembang praktek-praktek paranormal dan bahkan spiritisme (atau spiritualisme, yaitu berhubungan dengan roh orang mati atau kekuatan okult) meluas dalam bentuk yang terorganisir dengan tokoh-tokoh yang bukan sembarangan seperti Sir Arthur Conan Doyle yang terkenal dengan serial ditektip Sherlock Homes.
Ke tidak acuhan dan ketidak mampuan gereja modern dalam menanggapi gejala okult, tidak menyurutkan usaha gereja Tuhan dalam menghadapi hal itu. Pada masa yang sama dengan masa pencerahan bangkit pula aliran 'revivalist' yang ketika melayani penginjilan terutama dalam perjumpaan dengan masyarakat-masyarakat dunia ketiga menyadari bahwa realita oklutisme adalah dalam kacamata 'gambaran dunia materialistik' saja, padahal Carl Jung sesepuh ilmu jiwa sudah menjebol psikologi dunia okult (desertasinya berjudul 'Uber die Psychologie und Pathologie sogenanter Okkulter Phanomene').
Tengah kedua abad ke-XX ditandai dengan era transendentalis dimana gejala okult dan new age meningkat hebat. Gerakan Kharismatik berkembang di awal tahun 1960-an dan sangat menekankan pelayanan pelepasan dan pengusiran setan. Sepuluh tahun yang lalu, penulis bertemu seorang psikiater lulusan Australia yang sudah bermukim di sana selama 17 tahun yang bersaksi bahwa selama ini sebagai psikiater di sebuah rumah sakit besar di Melbourne ia menganggap gejala kegilaan sebagai gejala 'abnormal' saja, tetapi ketika ia menghadapi beberapa kasus dimana ada pribadi lain berperan dalam ke'gila'an itu dan memerlukan bantuan pendeta untuk mengusirnya sehingga tercapai kesembuhan, ia mau tidak mau harus menerima adanya realita okultisme. Menarik sekali bahwa pada tahun 1991 ketika penulis mengunjungi rumahnya di Melbourne saat itu di salah satu siaran TV Australia ada live show diskusi mengenai 'Gereja Setan masuk Australia' selama 90 menit!
Kenyataan di dunia adalah bahwa dalam terutama dalam dua dasawarsa terakhir ini gejala okultisme semakin memuncak termasuk gereja Setan yang juga telah masuk ke Indonesia, bahkan di Amerika Serikat, untuk menanggulangi korban-korban Satanisme yang makin merebak, FBI harus turun tangan dan penyembuhan mereka yang rata-rata memerlukan waktu 7 tahun perorang itu melibatkan bukan saja para dokter, psikolog dan psikiater, tetapi juga para pendeta dengan doa-doa dan karunia 'mengusir setan' mereka! Suatu fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri lagi oleh para rasionalis dan orang yang beranggapan dirinya 'modern.' Kebangkitan 'witchcraft' (perdukunan/klenik) meningkat juga di Eropah, di tahun 1990 tercatat bahwa di Jerman Barat terdapat 30.000 pendeta tetapi juga 90.000 dukun klenik, di Perancis terdapat 26.000 imam Katolik tetapi juga 40.000 astrolog terdaftar!
Indonesia tidak sepi gejala okult, dan kalau dahulu sifatnya tersembunyi maka sekarang di mall-mall sering diadakan 'Pameran Paranormal' yang mempromosikan praktek-praktek okultisme secara bebas, ini juga dipromosikan oleh surat kabar, majalah dan reklame TV. Film-film bioskop makin sering memutar film okultisme dan sejenisnya seperti soal Drakula, The Craft, The Devil's Own, Omen, Werewolf, Stigmata dan serial TV ada beberapa yang nyata-nyata mempopulerkan okultisme seperti The Crow, X-Files, Highlander, Charmed, bahkan anak-anak sekarang sudah biasa disuguhi film-film okultisme pula seperti Casper, The Bride of Chucky, Gostbuster atau Pokemon yang artinya adalah 'pocket monsters' (150 mahluk-mahluk yang umumnya jahat dan menakutkan, tetapi diantaranya ada si baik hati Pikachu).
Fakta jelas menunjukkan bahwa gejala okultisme sudah banyak dialami jemaat Kristen dan banyak jemaat bahkan mengalami gangguan okult mulai dari yang ringan sampai kerasukan setan. Dalam menanggapi situasi jemaat demikian apakah yang bisa dilakukan oleh gereja dan para pendeta serta majelisnya? Memang banyak yang masih berpola pikir rasionalis sehingga menganggap jemaat-pasien demikian sebagai urusan para dokter, psikolog atau psikater (sampai dirinya, isteri/suami atau anaknya sendiri terkena). Tepat seperti apa yang dikatakan oleh Dr. Eta Linneman, murid Rudolf Bultman yang menjadi gurubesar teologi dan mengajar Kritik Historis di Universitas Marburg, Jerman, yang dalam masa tuanya bertobat dan menjadi percaya akan Injil bahwa: "Umumnya pendeta dan gereja yang terpengaruh dasar falsafah rasionalisme dan menolak otoritas Alkitab, akan mengalami 'tiadanya pembaharuan hidup dalam Roh Kudus, takut akan Allah semakin hilang, Tak berdaya menghadapi okultisme, pertumbuhan iman terhambat, motivasi untuk misi/pekabaran Injil hilang, dan gereja semakin kosong'." (majalah Soteria)
Atau, apakah kita lari kepada kutub sebaliknya dimana segala gejala penyakit dianggap gejala okult? Beberapa penginjil menganggap bahwa pusing, kebiasaan merokok, zinah, melamun sebagai akibat pekerjaan okult, bahkan ada juga yang menganggap bahwa semua boneka atau potret orang mati harus dibakar karena merupakan jembatan ke alam roh dimana roh-roh orang mati, binatang mati sampai roh-roh kegelapan bisa menggunakan jembatan itu untuk mempengaruhi hidup manusia dan mendatangkan sakit-penyakit bahkan kesurupan.
Kelihatannya berita Alkitab menunjukkan bahwa kedua kutub sikap itu sebagai keliru dan menunjukkan praktek di antara keduanya dimana kita berhadapan dengan kuasa-kuasa roh-roh diudara selain berhadapan dengan gejala-gejala alamiah. Seminar, ceramah, dan pemahaman soal okultisme harus dikenal jemaat dan khususnya para pemimpin gereja, dan bagi pemimpin gereja dan jemaat yang dikarunia kuasa pengusiran setan, karunia-karunia itu perlu didaya-gunakan dalam pelayanan gereja. Demikian juga tim-tim doa perlu diadakan di gereja-gereja agar kuasa-kuasa okultisme tidak makin mencengkeram manusia modern dan gereja dapat menunjukkan secara nyata kuasa Allah yang dapat mengatasi kuasa okultis demikian. Bila tidak, karena gejala okult adalah riel, maka jemaat akan lari dari 'gereja skeptik' mencari persekutuan/gereja 'kharismatis' yang menjalankan pelayanan demikian.
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbaju zirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus, juga untuk aku. (Alkitab, Efesus 5:10-18).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar