Minggu

Pengalaman Rohani Petrus


  Simon Petrus adalah seorang murid Yesus yang terkemuka, selalu
  disebut yang pertama dalam urutan para rasul. Pada waktu Yesus
  memilih keduabelas rasul-Nya, Simon Petrus adalah nama murid yang
  disebut pertama kali (Matius 10:1-4; Markus 3:13, 19; Lukas 6:12-16).
  Petrus bersama Yakobus dan Yohanes merupakan kelompok tiga utama
  yang sangat dekat dengan Guru mereka (Markus 5:37; 9:2; 14:33).

  Di antara kedua belas murid Yesus, Petrus merupakan semacam "ketua
  kelas" mereka. Ia mewakili teman-temannya untuk berbicara atau
  bertanya kepada Guru mereka (Matius 15:15; 18:21; Markus 1:36; 8:29;
  9:5; 10:28; 11:21; 14:29; Lukas 5:5; 12:41). Jadi, semua murid
  mengakui dan mendukung kepemimpinan Petrus.

  Meskipun telah jatuh dalam dosa penyangkalan yang memalukan, Petrus
  ditampilkan ke depan dalam peristiwa kebangkitan Kristus (Markus
  16:7). Yesus juga menampakkan diri secara khusus kepada Petrus:
  "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada
  Simon" (Lukas 24:34). Paulus menulis bahwa Yesus menampakkan diri
  untuk pertama kalinya kepada Petrus (1 Korintus 15:5).

  Kepemimpinan Petrus di antara para rasul sangat penting dalam
  pandangan Yesus maupun Iblis. Hal itu terlihat dari peringatan Yesus
  tentang bagaimana Iblis akan menampi Petrus dan tindakan Yesus untuk
  secara khusus mendoakannya supaya imannya tidak gugur (Lukas 22:31-32).

  Menjelang kenaikan-Nya ke surga, Yesus meneguhkan panggilan
  pelayanan kepemimpinan Petrus. Tiga kali Yesus memberi perintah:
  "Gembalakanlah domba-domba-Ku" (Yohanes 21:15-17). Tugas dan
  pelayanan Petrus sebagai pemimpin sangatlah berat, Yesus menubuatkan
  kemartirannya sebagai seorang pemimpin (Yohanes 21:18-19).

  Menjelang Pentakosta, Petrus tampil berbicara di depan 120 murid
  yang sama-sama menantikan pencurahan Roh Kudus itu (Kisah Para Rasul
  1:15). Setelah Roh Kudus turun, Petrus tampil sebagai pemimpin utama
  kegerakan tersebut. Dialah pengkhotbah utama yang menobatkan 3.000
  orang (Kisah Para Rasul 2:14, 41).

  Petrus adalah juru bicara Gereja Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul
  4:8). Sebagai pemimpin umat dalam ketertiban, ia memunyai otoritas
  besar untuk menyatakan hukuman Allah kepada para pendosa (Kisah Para
  Rasul 5:1-11). Petrus adalah tokoh pemimpin pertumbuhan Gereja yang
  pelayanannya disertai mukjizat dan tanda-tanda ajaib (Kisah Para
  Rasul 5:15).

  Kehidupan Doanya

  Kehidupan doa Petrus tercermin dari pola hubungan dirinya dengan
  Kristus. Petrus senang bertanya kepada Gurunya, sehingga Yesus pun
  memberinya banyak pengertian. Sebagai contoh, Petrus bertanya
  tentang berapa kali ia harus mengampuni orang yang bersalah
  kepadanya (Matius 18:21).

  Tentu saja seorang guru senang dengan murid yang proaktif. Demikian
  juga dengan doa-doa kita, jangan hanya minta dan menunggu-nunggu
  secara pasif saja. Ketika ada persoalan, Yesus menanti kita
  bertanya: "Tuhan bagaimana jalan keluarnya? Mengapa ini terjadi atas
  hidupku? Apa salahku? Berikan aku hikmat-Mu!" Siapa aktif bertanya,
  dia akan memperoleh banyak pengertian, hikmat, dan wahyu.

  Petrus adalah seorang pendoa yang memunyai kerinduan dan keberanian
  iman. Hal itu tampak sekali dalam peristiwa Petrus berjalan di atas
  air (Matius 14:26-31). Melihat Gurunya berjalan di atas air, Petrus
  terdorong hatinya untuk melakukan hal yang sama seperti Yesus.
  Petrus pun nekat terjun dan berjalan di atas riak air, meskipun
  kemudian tenggelam. Petrus adalah seorang pemberani, termasuk berani
  untuk mengalami kegagalan.

  Jadilah seorang pemimpin Kristen yang memunyai kerinduan dan
  keberanian dalam berdoa.

  Berdoalah untuk perkara-perkara besar, mintalah hal-hal ajaib dari
  Tuhan. Rindukan kedahsyatan Tuhan melalui doa Anda. Yesus sendiri
  senang dengan doa-doa yang demikian. Yesus bahkan rindu melihat kita
  melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Dia lakukan, bahkan yang lebih
  besar (Yohanes 14:12).

  Ketika menghadapi masalah, Petrus mengedepankan iman di dalam
  doanya. Perhatikan ketika Petrus menjumpai seorang lumpuh di Gerbang
  Indah Bait Allah, dengan lantang ia berkata, "Demi nama Yesus
  Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (Kisah Para Rasul 3:6)
  Petrus menghayati pesan Yesus tentang ajaran supaya percaya di dalam
  hati dan mengucapkan perkataan iman yang positif (Markus 11:23).

  Di samping doanya sendiri yang kuat, keberhasilan pelayanan Petrus
  sesungguhnya karena didukung jemaat yang secara giat
  mendoakannya. Ketika Petrus dipenjara, jemaat tekun mendoakannya
  (Kisah Para Rasul 12:5). Alhasil, Tuhan menyatakan mukjizat yang
  sangat ajaib sehingga Petrus pun bebas.

  Seorang pemimpin Kristen memerlukan perisai doa dari jemaat atau
  para stafnya. Seorang gembala membutuhkan doa-doa jemaat. Dalam hal
  ini, seorang pemimpin perlu merendahkan diri dan meminta topangan
  para pengikutnya.

  Hal-Hal Adikodrati

  Petrus adalah seorang pemimpin yang melalui kehidupan doanya maka
  hubungan pribadinya dengan Kristus mengalami banyak pengalaman
  supernatural. Ketika Yesus dimuliakan di atas gunung, Petrus melihat
  dan mengalami sendiri hadirat Tuhan yang dahsyat itu. Karena panik
  dan ketakutan, Petrus berbicara kepada Yesus bahwa ia hendak
  mendirikan tiga kemah untuk Yesus, Musa, dan Elia (Markus 9:56).
  Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu
  terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia"
  (Markus 9:7).

  Banyak orang merindukan pengalaman hadirat Tuhan, tetapi mereka
  sudah ketakutan lebih dulu. Peristiwa Yesus berjalan di atas air
  juga membuat para murid berteriak ketakutan, bahkan mengira Yesus
  hantu (Matius 14:26-27). Banyak pemimpin Kristen menghindari dimensi
  pengalaman supernatural dari kehidupan doa karena takut sesat, takut
  menjadi bidat. Ketakutan itu harus dibuang jauh, sebab Roh Kudus
  tidak akan menyesatkan, Ia akan menuntun kita dalam segala kebenaran
  (Yohanes 16:13).

  Berjalan di atas air adalah pengalaman adikodrati bagi Petrus. Hal
  ini terjadi karena Petrus tergerak imannya ketika melihat Yesus
  berjalan di atas air, Petrus ingin seperti Yesus (Matius 14:28).
  Kesebelas murid yang lain tidak mengalami perkara ajaib itu karena
  mereka pasif.

  Pengalaman rohani dari Tuhan akan diperoleh jika Anda keluar dari
  "perahu" Anda -- zona nyaman Anda. Doa memerlukan sebuah lompatan
  iman yang dilakukan secara inovatif dan berani. Banyak pemimpin
  Kristen memilih pasif dan mempertahankan status quo, tidak mau masuk
  dalam pembaruan doa.

  Bagi Petrus, doa adalah pengalaman supernatural bersama Roh Kudus.
  Doa bukan sekadar tradisi agamawi yang kaku dan hampa. Ketika
  melayani di dekat Yope, Petrus berdoa dan rohnya diliputi kuasa
  ilahi sehingga ia pun melihat penglihatan-penglihatan adikodrati
  (Kisah Para Rasul 10:9-11). Petrus mengalami kondisi kepenuhan
  karena Roh Kudus.

  Bagi Petrus, doa membuka keran urapan Roh Kudus yang dahsyat dalam
  hidup dan pelayanannya. Petrus adalah seorang pemimpin yang sangat
  terbuka pada karya Roh Kudus. Urapannya begitu dahsyat, bayangannya
  pun menyembuhkan (Kisah Para Rasul 5:15).

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
  Judul artikel: Petrus: Dimensi Pengalaman Rohani
  Penulis: Haryadi Baskoro
  Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2004
  Halaman: 93 -- 98
______________________________________________________________________
KESAKSIAN DOA

                    SEORANG PEMBAJAK DARI RUMAH DOA

    Pada usia 27, wanita muda itu sedang menghadapi masa penjaranya
    yang keempat di Uni Soviet, tetapi agaknya penjara hanya memberi
    pengaruh sedikit tetapi malahan meningkatkan cintanya terhadap
    firman Allah dan kepentingannya terhadap imannya. "Di penjara, hal
    yang paling sukar adalah untuk hidup tanpa Alkitab."

  Aida berdiri di sudut menyerahkan kartu-kartu kecil dengan puisi-
  puisi di dalamnya. Pada tiap kartu terdapat puisi yang telah ia
  tulis sendiri. Tiap puisi menyatakan kasih dan sukacita yang ia
  peroleh dari pengenalan akan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
  Beberapa mengambilnya karena mereka tertarik dengan apa yang mungkin
  sedang ia bagikan, beberapa karena ia begitu cantik, tetapi
  kebanyakan mungkin mengambil kartu-kartunya karena sukacita dan
  kasih yang tampak di dalam senyumnya saat ia menatap ke dalam mata
  setiap orang dan memberikan kepada mereka sebuah kartu.

  Karena ini ia ditahan dan dibawa ke pengadilan. Di hadapan
  pengadilan dengan berani Aida bersaksi, "Masyarakat yang sedang
  dibangun oleh kalian, para komunis, tidak pernah dapat menjadi adil
  karena kalian sendiri tidak adil." Ia dijatuhi hukuman satu tahun
  penjara.

  Ketika ia dilepaskan, ia langsung kembali kepada pekerjaannya untuk
  gereja bawah tanah. Karena kecantikannya, kemauan kerasnya, dan
  keberaniannya, ia disebut "pembajak dari rumah doa" oleh koran
  komunis Izvestia.

  Salah satu tulisan berani yang ia tulis adalah, "Kalian, para ateis,
  dapat mengadakan pertemuan bersama setiap saat dan melakukan apa pun
  yang kalian inginkan -- berbicara, membaca, bernyanyi. Jika demikan,
  mengapa kami tidak dapat saling mengunjungi? Hukum apa yang melarang
  hal ini? Mengapakah kami tidak boleh berdoa atau membaca Alkitab
  kapan pun kami ingin? Kami diizinkan untuk berbicara mengenai Allah
  hanya di gereja. Kalian pasti tidak akan setuju jika kalian
  diizinkan untuk berbicara mengenai teater hanya di teater atau
  mengenai buku-buku hanya di perpustakaan. Dengan cara yang sama,
  kami tidak dapat diam mengenai apa yang merupakan seluruh arti dari
  hidup kami -- mengenai Kristus." Sekali lagi ia dijatuhi hukuman
  empat tahun penjara, tetapi ia tidak bergeming.

  Satu kali, sebuah Injil Markus diselundupkan kepadanya. Ketika para
  penjaga mengetahui bahwa aku memiliki sebuah Injil, mereka menjadi
  khawatir dan menggeledah seluruhnya. Pada pencarian kedua, mereka
  menemukannya. "Aku dihukum karena ini dan harus menghabiskan waktu
  sepuluh hari dan sepuluh malam di dalam tahanan sel yang dingin dan
  terasing. Tetapi dua minggu kemudian aku diberikan seluruh
  Perjanjian Baru yang dapat aku simpan nyaris hingga hari
  pembebasanku."

  "Penjara sering kali digeledah, tetapi setiap kali Tuhan membantu
  aku. Aku tahu lebih dahulu mengenai penggeledahan sehingga aku dapat
  menyimpan buku berharga itu. Banyak tahanan lain yang menolongku
  menyembunyikan buku itu, walaupun mereka bukan orang Kristen."

  Para penjaga melakukan banyak hal untuk berusaha membuatnya
  kehilangan keberanian dan membuatnya menyangkal imannya, namun
  beberapa dari tindakan tersebut justru memberikan efek yang
  sebaliknya. "Satu kali seorang penjaga menunjukkan kepadaku
  bungkusan makanan. Ia mengatakan kepadaku bahwa isinya coklat dan
  berbagai hal lezat lainnya. Bungkusan itu tidak diberikan kepadaku
  [karena aku tidak mau menyangkal imanku], tetapi dengan menunjukkan
  bungkusan itu aku malah mendapatkan dorongan kekuatan karena
  mengetahui bahwa sahabat-sahabatku peduli akan diriku. Kenyataan
  tersebut jauh lebih berarti daripada makanannya. Pada kesempatan
  lain, aku diberitahukan bahwa sepuluh paket telah tiba untukku dari
  Norwegia, tetapi paket ini pun tidak diberikan kepadaku. Kami sangat
  bersukacita karena mengalami persekutuan roh yang nyata dengan
  sesama orang Kristen di bagian-bagian dunia yang berbeda. Hal ini
  memberikan kepada kami harapan di dalam penjara. Aku ingin
  mengirimkan sebuah ungkapan kasih dari kami semua kepada mereka yang
  telah peduli terhadap kami dan berdoa bagi kami."

  Ketika ia dilepaskan dari masa penjaranya yang keempat, Aida telah
  berubah secara drastis. Kecantikan bagai bintang film yang ia miliki
  pada masa mudanya bukan saja lenyap, tetapi pada usianya yang baru
  tiga puluh tahun ia tampak seperti berusia lebih dari lima puluh. Ia
  kurus kering dan lusuh oleh tahun-tahun yang dihabiskannya di dalam
  penjara. Jika Anda melihatnya, Anda tidak akan pernah mengenalinya
  sebagai wanita yang sama, kecuali untuk satu hal: senyumannya.
  Senyumannya masih mencerminkan kasih dan sukacita karena pengenalan
  akan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

  Mengenai masa penjaranya yang terakhir dan paling sukar, Aida
  menulis, "Aku semakin memahami ayat berikut, `Sebab kuk yang
  Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.` (Matius 11:30) Yesus
  sendiri mengatakan kata-kata ini dan selama tiga tahun di dalam
  penjara itu aku menjadi mengerti betapa nyata dan benar kata-kata
  tersebut."

  Pada tahun 1991, sekitar 20 tahun setelah masa penjaranya yang
  keempat dan terakhir, Uni Soviet pecah karena kejatuhan Komunisme.
  Penganiayaan kaum Kristen oleh pemerintah pun berhenti, setidaknya
  untuk satu periode. Iman dan perjuangan dari Aida dan banyak lainnya
  di bawah tanah tidaklah sia-sia.

  Pada tahun 1992, kurir-kurir dari The Voice of the Martyrs mendapati
  Aida -- sakit, pucat, dan kurus -- hidup di apartemen yang terawat
  baik di gedung tua yang nyaris roboh di St. Petersburg. Aida
  merupakan pulau yang bersih dan teratur di tengah-tengah kekacauan;
  itu merupakan gambaran makna hati dan rohnya. Jelas tampak bahwa ia
  tidak menyimpan kegetiran kepada penyiksa-penyiksa terdahulunya,
  hanya pengampunan. Ia terkejut mengenai perhatian yang telah ditarik
  oleh ceritanya dari seluruh dunia, tetapi ia amat bersyukur atasnya.
  Ia mengatakan, "Aku hanya mungkin bertahan karena banyak doa-doa
  dari seluruh dunia. Jika tidak aku tidak akan bertahan."

  "Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri adalah
  orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan mereka yang diperlakukan
  sewenang-wenang; karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini."
  (Ibrani 13:3)

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Jesus Freak
  Penyusun: Toby McKeehan dan Mark Heimermann
  Penerbit: Cipta Oleh Pustaka, 1995
  Halaman: 89 -- 92
______________________________________________________________________
STOP PRESS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar